LAHAT DS - Di saat teman-teman sebayanya menghabiskan waktu untuk bermain dan belajar, Tiara justru berkelahi dengan waktu dan banting tulang untuk membantu kedua orang tuanya.
Tiara tinggal bersama orang tua dan tiga saudaranya di sebuah rumah tumpangan di Lawang Kidul, Muara Enim. Ayahnya seorang buruh kasar yang bekerja serabutan, sementara ibunya pengepul barang bekas.
Sejak pandemi melanda, kehidupan keluarga Tiara semakin berat. Sudah dua bulan terakhir ia dan keluarganya diketahui bertahan hidup tanpa listrik dan air bersih.
Tapi, bocah ini tak pernah mengeluh. Bahkan, bersama dengan saudara-saudaranya ia lebih memilih berpelu untuk membantu sang ibu mencari dan mengumpulkan barang-barang bekas. Menghabiskan waktu belasan jam, demi sesuap nasi di penghujung hari.
Meski bernasib kurang beruntung dibanding kawan-kawannya, Tiara tak pernah berhenti bermimpi. Ia dan adiknya, Julia Sari yang baru berusia 7 tahun, tak mau mengubur semangat mereka untuk bisa meneruskan sekolah. Meski harapan untuk menimba ilmu kian hari seakan kian jauh.
Kisah yang sama datang dari Cristina, 11 tahun., putri dari seorang buruh tani yang hanya menggarap ladang ubi milik warga yang tak terpakai.
Semestinya Cristina sudah duduk di kelas 5 SD, namun kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan membuatnya tak pernah mengecap bangku pendidikan formal.
Ia hidup bersama kedua orang tua, dan lima saudara lainnya di Desa Tegal Rejo, Lawang Kidul. Kondisi ekonomi yang jauh dari layak, membuat ia dan keluarga hidup sehari-hari tanpa fasilitas penerangan dan listrik yang memadai.
Kondisi Cristina yang memiliki kebutuhan khusus, membuatnya sulit berbaur dengan dunia luar. Bocah ini kesulitan untuk bersosialisasi dan bermain dengan teman sebaya. Di usia yang semestinya sudah duduk di 5 SD, Cristina sampai saat ini masih mempelajari materi anak kelas 2 SD.
Dalam diam dan pantang menyerah, doa anak-anak itu untuk terus bisa bersekolah terjawab.
Pihak sekolah tak berdiam diri agar murid-murid istimewa ini bisa terus menimba ilmu dan berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan dari PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Beasiswa untuk ketiga anak dengan kisah luar biasa tersebut, dan anak-anak lainnya diserahkan oleh PTBA kepada Sekolah Muhammadiyah I Tanjung Enim, pada Kamis, 10 September 2020.
Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah I Tanjung Enim, Yuli, menjelaskan bahwa PTBA selama ini sering bekerja sama dengan pihak sekolah dalam bidang pendidikan. Sasarannya adalah anak-anak yang tidak mampu khususnya pada anak-anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena faktor biaya.
“Kami mewakili staf dan guru SD SMP SMA Muhammadiyah 1 Tanjung Enim, serta orang tua siswa penerima bantuan dana pendidikan mengucapkan terima kasih banyak kepada PT Bukit Asam. Semoga PTBA semakin maju dan berkah,” ujarnya.
Tiara, Julia, dan Cristina kini bisa bernafas lega dan tak perlu khawatir dengan biaya sekolah mereka. Agar bisa belajar dengan konsentrasi lebih baik, anak-anak kini tinggal di asrama dan diasuh oleh yayasan Al Barokah Tanjung Enim (Idham/Novita)