DUTASUMSEL.COM - Ibarat hantu begitulah saya menyebut Corona atau yang belakangan biasa disebut Covid-19. Ukurannya yang sangat halus mencapai 125 nanometer atau 0,125 mikrometer hanya mampu terdeteksi oleh alat medis dan tak satu pun manusia yang bisa melihat wujudnya dengan mata telanjang.
Ia kerap disebut sebagai jelmaan pencabut nyawa tanpa memandang siapa korbannya. Baik ia pejabat, masyarakat biasa, tua dan muda sama dimatanya. Sejak lahir di Wuhan China 2019 lalu, corona menjadi pembawa musibah terbesar sepanjang sejarah peradaban dunia. Corona berhasil melumpuhkan semua lini ekonomi mulai dari yang kecil hingga yang berskala besar. Bahkan yang tak disangka-sangka mahluk kecil bernama virus Covid-19 ini mampu menutup prosesi ibadah haji hingga bandara terbesar di dunia sekalipun.
Tidak hanya disektor ekonomi, Covid-19 juga telah berhasil membunuh jutaan jiwa masuarakat duni dan sekitar 7000 jiwa warga Indonesia.
Berbagai langkah yang ditempuh demi memutus mata rantai virus mematikan ini sudah dilakukan oleh Pemerintah bahkan juga oleh masyarakat. Tak terhitung sudah biaya yang digelontorkan oleh pemimpin-pemimpin dunia untuk memutus mata ranai penyebaran virus ini.
Hasilnya, meski belum signifikan namun sedikit telah meringakan masyarakat. Berbagai regulasi sudah mulai diterbitkan oleh Pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi yang sempat terpuruk dampak dari pandemi Covid-19. Beberapa bandara, pelabuhan dan terminal serta pusat perbelanjaan mulai dibuka bahkan hingga tempat hiburan juga sudah menyusul meraimakan pergerakan ekonomi di era new normal.
Namun pengoperasian kembali bandara, pelabuhan, teeminal dan pusat-pusat ekonomi sedikit berbanding terbalik dengan kondisi pendidikan. Dimana mall dan tempat keramaian lainnya telah beeoperasi, juatru dunia pendidikan masih ditutup. Pemerintah dengan regulasi di luar nalar menekankan dunia pendidikan belajar secara daring meski pendidikan karakter sebenarnya butuh belajar tatap muka.
Miris memang Sekolah ditutup sudah hampir 5 bulan lamanya pelajar kelas 6, 9 dan kelas XII harus lulus karena Corona.
Andien Ria Restu Cholik 14 tahun salah seorang pelajar MTsN 1 Lahat kelas 9 yang harus lulus karena Corona dan kini harus juga naik tingkat menuju Sekolah Menengah Atas, Andien akhirnya dimasukan Mamanya ke SMK N 2 Lahat Jurusan Bisnis. Pada suatu hari ketika Andien sedang bercengkrama dengan Mamanya dirumah.
Andien bilang kemamanya " Ma, adek bingung PR menumpuk dikerjakan dirumah, setelah selesai dikumpul, buat Video Senam, baca Alquran, tata cara Sholat dem tu sudah selesai tiba- tiba diberi tau oleh sekolah 100% lulus. Ngak ada acara perpisahan, ketemu kawan tapi masih ada untungnya ada group Whatshap dan belajar pun lewat Daring.
Sedangkan di SMK Adek belum kenal wajah kawan di dunia nyata begitu juga guru tapi kemaren ketemu Pak Kepala Sekolah itupun waktu pendaftaran, Adek sudah kangen ingin memakai seragam sekolah " beber Andien kepada Mamanya.
Dengan bijak Mama beri pengertian kepada Andien " Adek, wabah Pandemi Global Virus Corona merebak diseluruh Antereo Jagar raya bukan hanya Negara Indonesia karena Corona Perekonomian, Pendidikan, Transportasi, dan lain- lain juga lumpuh. Untuk itulah kita harus berserah diri kepada Allah SWT dan disaat inilah kita harus mendekatkan dan berserah kepada Allah SWT, kita berharap semoga badai Corona ini berlalu " jelas Mama Andien.
Akhirnya Andien pun mengerti apa yang dijelaskan mamanya.
Lahat 27 Agustus 2020