masukkan script iklan disini
INDRALAYA.DS,-- Ustadz Abdul Somad datang ke Pondok Pesantren Al Ittifaqiah, Sabtu (2/11/2019). Kedatangannya itu dalam rangka mengisi Tabligh Akbar, di acara Reuni Akbar dan Liga Santri 2019.
Tak pelak, kedatangannya pun disambut dengan ribuan santri dan masyarakat yang mengidolakan Ustad Abdul Somad.
Mereka sudah datang dari pukul 07.00 WIB, meskipun acara baru dimulai pukul 10.00 WIB.
Ketika tiba saatnya mengisi ceramah, sang Ustad yang sering disapa UAS ini pun berdiri,Namun bukannya berceramah di mimbar yang disediakan, ia berdiri di tangga untuk naik di atas panggung.
"Saya tidak ingin berceramah berdiri membelakangi para ulama di depan panggung ini. Tidak sopan rasanya," ujarnya saat mengisi tausyiah.
Memang di depan panggung nampak hadir Mudir Ponpes Al-Ittifaqiah Mudrik Qori, perwakilan Gubernur Sumsel, Perwakilan Bupati Sumsel, Forkopimda Ogan Ilir hingga Ustad pengajar di Al-Ittifaqiah.
Namun UAS tak ingin turun benar dari panggung dan berdiri sejajar dengan temat para santri duduk. Sebab, ia takut akan menjadi fitnah di kemudian hari.
"Nanti saya dikira mau mendekati santri-santri yang perempuan ini. Nah, inilah saya berdiri di hadapan kalian diantara 2 pihak, tidak lebih tinggi dari para ulama yang duduk di depan kita ini, namun tidak lebih rendah dari para santri ini," terangnya.
Ia bercerita, dirinya sempat terkejut saat masuk ke dalam jalan menuju Kampus D Ponpes Al-Ittifaqiah, yang berada di Desa Tanjung Lubuk Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir. Sebab, bukannya gapura indah yang menyambutnya, melainkan kompleks pemakaman.
"Ini pelajaran pentingnya. Biasanya kalau masuk ke tempat pendidikan, kita akan disambut dengan gapura yang megah, atau taman penuh bunga. Tapi kali ini tidak, baru masuk disambut kuburan," ujarnya saat mengisi tausyiah.
Namun ia mengatakan, hal itu memiliki makna mendalam bagi mereka yang mengerti. Artinya, setiap orang yang masuk Al-Ittifaqiah harus meninggalkan duniawi untuk belajar ilmu agama, sekaligus mengingat mati.
"Ini luar biasa artinya," terangnya.
Selain itu, ustad yang akrab disapa UAS ini juga mengingatkan kepada para santri agar terus bersyukur dan berjuang dalam membela Agama Allah. Ia mengatakan, setiap mereka bisa membela Agama Allah dengan cara masing-masing.
"Kalau kau pejabat, gunakanlah telunjukmu untuk membela agama Allah. Kalau kau Tokoh Agama, dengan dakwahmu. Begitupun kalau kau pedagang sumbangkanlah hartamu, dan yang terakhir ialah sebagai Pemuda, berikanlah kekuatanmu," jelasnya.
Terakhir ia berpesan agar para santri tetap menjaga apa yang ia makan dari sumber yang halal. Sebab anak-anak yang suci akan menjadi tak benar jika diberi makan dari yang tak haram.
"Pernah ada satu Penghafal Al-Quran melapor kepada Ustadnya, hafalan saya error. Si Ustad berpesan, jauhilah yang haram seperti riba," tegasnya.
Tak pelak, kedatangannya pun disambut dengan ribuan santri dan masyarakat yang mengidolakan Ustad Abdul Somad.
Mereka sudah datang dari pukul 07.00 WIB, meskipun acara baru dimulai pukul 10.00 WIB.
Ketika tiba saatnya mengisi ceramah, sang Ustad yang sering disapa UAS ini pun berdiri,Namun bukannya berceramah di mimbar yang disediakan, ia berdiri di tangga untuk naik di atas panggung.
"Saya tidak ingin berceramah berdiri membelakangi para ulama di depan panggung ini. Tidak sopan rasanya," ujarnya saat mengisi tausyiah.
Memang di depan panggung nampak hadir Mudir Ponpes Al-Ittifaqiah Mudrik Qori, perwakilan Gubernur Sumsel, Perwakilan Bupati Sumsel, Forkopimda Ogan Ilir hingga Ustad pengajar di Al-Ittifaqiah.
Namun UAS tak ingin turun benar dari panggung dan berdiri sejajar dengan temat para santri duduk. Sebab, ia takut akan menjadi fitnah di kemudian hari.
"Nanti saya dikira mau mendekati santri-santri yang perempuan ini. Nah, inilah saya berdiri di hadapan kalian diantara 2 pihak, tidak lebih tinggi dari para ulama yang duduk di depan kita ini, namun tidak lebih rendah dari para santri ini," terangnya.
Ia bercerita, dirinya sempat terkejut saat masuk ke dalam jalan menuju Kampus D Ponpes Al-Ittifaqiah, yang berada di Desa Tanjung Lubuk Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir. Sebab, bukannya gapura indah yang menyambutnya, melainkan kompleks pemakaman.
"Ini pelajaran pentingnya. Biasanya kalau masuk ke tempat pendidikan, kita akan disambut dengan gapura yang megah, atau taman penuh bunga. Tapi kali ini tidak, baru masuk disambut kuburan," ujarnya saat mengisi tausyiah.
Namun ia mengatakan, hal itu memiliki makna mendalam bagi mereka yang mengerti. Artinya, setiap orang yang masuk Al-Ittifaqiah harus meninggalkan duniawi untuk belajar ilmu agama, sekaligus mengingat mati.
"Ini luar biasa artinya," terangnya.
Selain itu, ustad yang akrab disapa UAS ini juga mengingatkan kepada para santri agar terus bersyukur dan berjuang dalam membela Agama Allah. Ia mengatakan, setiap mereka bisa membela Agama Allah dengan cara masing-masing.
"Kalau kau pejabat, gunakanlah telunjukmu untuk membela agama Allah. Kalau kau Tokoh Agama, dengan dakwahmu. Begitupun kalau kau pedagang sumbangkanlah hartamu, dan yang terakhir ialah sebagai Pemuda, berikanlah kekuatanmu," jelasnya.
Terakhir ia berpesan agar para santri tetap menjaga apa yang ia makan dari sumber yang halal. Sebab anak-anak yang suci akan menjadi tak benar jika diberi makan dari yang tak haram.
"Pernah ada satu Penghafal Al-Quran melapor kepada Ustadnya, hafalan saya error. Si Ustad berpesan, jauhilah yang haram seperti riba," tegasnya.
Pewarta : Tim/Red
Redaksi.www.dutasumsel.com