masukkan script iklan disini
Dutasumsel.com. -- Buzzer itu asal kata dari Bahasa inggris yang mempunyai arti lonceng, kentongan,bel atau alarm. Pengertian buzzer secara harfiah diartikan sebagai alat yang dimanfaatkan dalam memberikan pengumuman atau mengumumkan sesuatu untuk mengumpulkan orang-orang pada suatu tempat.
Setelah berkumpul, motif dagang keluar, Jadi sama dengan tukang obat keliling yang mengumpulkan orang melalui atraksi yang menarik. Setelah orang berkumpul, dia akan jual obat. Itu buzzer. Nah kalau dalam sosial media,_Buzzer itu tujuan akhirnya adalah mendatangkan pemasukan dari popularitasnya. Entah dalam bentuk apapun.
Pak Moeldoko mengatakan bahwa buzzer saat ini merugikan Jokowi. Menurut saya, sebatas perang pemikiran lewat literasi , itu syah saja. Kalau karena itu buzzer dapat uang dari sosial media karena banyak yang ngefan, itu juga syah saja. Sebetulnya keberadaan,Buzzer tidak perlu dikawatirkan berlebihan.
Yang engga boleh itu adalah HOAX dan provokasi yang terkesan menebarkan permusuhan dan kebencian*. Saya tidak ingin mengatakan influencer itu bagus atau jelek. Yang pasti keberadaan mereka datang dari situasi yang galau. Galau karena keyakinannya terganggu akibat sikap orang lain yang seakan merendahkan keyakinannya.
Dalam dunia maya, sikap ini sangat mudah terbaca dari setiap postingan orang. Ada yang langsung menyerang. Ada yang berargumentasi keras untuk menyatakan sikap berlawanan yang keras. Hal itu tak terhindarkan. Menurut saya, itu biasa saja. Karena suka tidak suka, keberadaan mereka juga memperkaya batin orang yang suka akan tulisannya. Admin saya berkali kali minta saya agar menulis dengan nada menyerang seperti yang lainnya. Alasannya agar semakin banyak yang like dan semakin banyak yang follow saya.
Kalau bisa agar lebih banyak yang komen dan follow, saya berpindah pindah dari kubu sebelah ke sebelah lainnya. Tetapi *saya tolak tegas. Mengapa? Saya bukan buzzer. Saya tidak butuh banyaknya Like or dislike. Saya tidak ada niat cari uang dari sosial media*. Tulisan saya tidak ada urusan dengan influencer manapun. Bagi saya mereka bukan musuh. Walau ada yang menyerang saya, tidak akan saya ladenin. Saya tidak mungkin perang opini dengan mereka dan tidak mungkin pula menjadikan mereka nara sumber.
Target saya bukan Influencer atau buzzer tetapi adalah pengamat, pejabat, politisi, tokoh masyarakat. Apapun sikap mereka yang menurut saya kurang tepat, saya akan berusaha meluruskan menurut persepsi saya. Tentu belum tentu benar. Kalau karena tulisan semacam itu tidak banyak like atau reaktif dari pembaca, saya juga tidak terganggu. Biarin saja. *Motive saya berusaha menjadi pencerah. Dan itu kepuasan batin bagi saya*.
Artikel dutasumsel@gmail.com
Setelah berkumpul, motif dagang keluar, Jadi sama dengan tukang obat keliling yang mengumpulkan orang melalui atraksi yang menarik. Setelah orang berkumpul, dia akan jual obat. Itu buzzer. Nah kalau dalam sosial media,_Buzzer itu tujuan akhirnya adalah mendatangkan pemasukan dari popularitasnya. Entah dalam bentuk apapun.
Pak Moeldoko mengatakan bahwa buzzer saat ini merugikan Jokowi. Menurut saya, sebatas perang pemikiran lewat literasi , itu syah saja. Kalau karena itu buzzer dapat uang dari sosial media karena banyak yang ngefan, itu juga syah saja. Sebetulnya keberadaan,Buzzer tidak perlu dikawatirkan berlebihan.
Yang engga boleh itu adalah HOAX dan provokasi yang terkesan menebarkan permusuhan dan kebencian*. Saya tidak ingin mengatakan influencer itu bagus atau jelek. Yang pasti keberadaan mereka datang dari situasi yang galau. Galau karena keyakinannya terganggu akibat sikap orang lain yang seakan merendahkan keyakinannya.
Dalam dunia maya, sikap ini sangat mudah terbaca dari setiap postingan orang. Ada yang langsung menyerang. Ada yang berargumentasi keras untuk menyatakan sikap berlawanan yang keras. Hal itu tak terhindarkan. Menurut saya, itu biasa saja. Karena suka tidak suka, keberadaan mereka juga memperkaya batin orang yang suka akan tulisannya. Admin saya berkali kali minta saya agar menulis dengan nada menyerang seperti yang lainnya. Alasannya agar semakin banyak yang like dan semakin banyak yang follow saya.
Kalau bisa agar lebih banyak yang komen dan follow, saya berpindah pindah dari kubu sebelah ke sebelah lainnya. Tetapi *saya tolak tegas. Mengapa? Saya bukan buzzer. Saya tidak butuh banyaknya Like or dislike. Saya tidak ada niat cari uang dari sosial media*. Tulisan saya tidak ada urusan dengan influencer manapun. Bagi saya mereka bukan musuh. Walau ada yang menyerang saya, tidak akan saya ladenin. Saya tidak mungkin perang opini dengan mereka dan tidak mungkin pula menjadikan mereka nara sumber.
Target saya bukan Influencer atau buzzer tetapi adalah pengamat, pejabat, politisi, tokoh masyarakat. Apapun sikap mereka yang menurut saya kurang tepat, saya akan berusaha meluruskan menurut persepsi saya. Tentu belum tentu benar. Kalau karena tulisan semacam itu tidak banyak like atau reaktif dari pembaca, saya juga tidak terganggu. Biarin saja. *Motive saya berusaha menjadi pencerah. Dan itu kepuasan batin bagi saya*.
Artikel dutasumsel@gmail.com