masukkan script iklan disini
PRABUMULIH,DS,--Suara gemuruh disertai kobaran api dan kumpulan asap hitam pekat yang menjulang tinggi ke langit yang berada di stasiun kompresor gas (SKG) Cambai milik Pertamina Gas (Pertagas), membuat kaget warga desa Cambai.
Warga yang panik berhamburan keluar dari rumahnya, sementara mobil pemadam kebakaran milik Pertamina Asset 2 dan beberapa petugas kepolisian dari Polres Prabumulih dibantu pihak TNI langsung mengamankan area Pertagas.
Kobaran api yang keluar dari Flare kilang gas diduga karena kelebihan gas. Api yang membumbung tinggi itu terjadi pada, Selasa (16/2) sore hingga malam hari. Kejadian ini pun ditangani Polres Prabumulih.
Berdasarkan keterangan Den warga Cambai mengatakan, dirinya sempat mendengar suara dentuman dari kilang gas milik Pertagas.
"Kami kaget mendengar suara dentuman, makanya banyak warga yang panik takut meledak kilang gas tersebut. Saat itu kami lihat api menjulang tinggi kelangit disertai suara bising. Tak lama beberapa polisi dan mobil pemadam datang untuk mengecek lokasi tersebut. Saya kira tadinya terjadi kebakaran hebat di kilang gas milik Pertagas tersebut, nyatanya bukan. Meski begitu kami warga kampung yang dekat dengan kilang gas jadi takut," ujarnya.
Menanggapi peristiwa yang menggegerkan warga itu, Kapolres Prabumulih AKBP Tito Hutauruk Travolta SIk MH melalui Kasat Reskrim AKP Abdul Rahman SH menjelaskan, pihaknya telah mengecek lokasi pasca kejadian dan bahkan pihaknya telah mendatangkan tim Labfor dari Polda Sumsel untuk mengecek peristiwa tersebut.
"Tim Labfor sudah memeriksanya dan hasilnya tidak ada pelanggaran SOP. Ini adalah mentenen perbulan yang dilakukan Pertagas. Sebenarnya tidak ada kebocoran, tetapi ada kelebihan lekuid pada flearing saja makanya timbul seperti itu," ungkapnya, Rabu (19/2).
Masih kata Kasat Reskrim, apa yang di dengar warga pada saat kejadian itu merupakan bukan suara ledakan. Tetapi bunyi tersebut merupakan bunyi mesin engine untuk menetralkan lekuid/gas yang berlebihan tersebut.
"Situasi sekarang sudah kondusif dan sudah netral. Kejadian seperti ini pernah terjadi pada 2017 dan 2019 ini, tapi memang lebih besar ini karena lekuidnya lebih besar. Dijamin tidak akan meledak karena sesuai prosedur, dan juga tidak akan berdampak bagi lingkungan dan pemukiman masyarakat sekitar," pungkasnya.
Warga yang panik berhamburan keluar dari rumahnya, sementara mobil pemadam kebakaran milik Pertamina Asset 2 dan beberapa petugas kepolisian dari Polres Prabumulih dibantu pihak TNI langsung mengamankan area Pertagas.
Kobaran api yang keluar dari Flare kilang gas diduga karena kelebihan gas. Api yang membumbung tinggi itu terjadi pada, Selasa (16/2) sore hingga malam hari. Kejadian ini pun ditangani Polres Prabumulih.
Berdasarkan keterangan Den warga Cambai mengatakan, dirinya sempat mendengar suara dentuman dari kilang gas milik Pertagas.
"Kami kaget mendengar suara dentuman, makanya banyak warga yang panik takut meledak kilang gas tersebut. Saat itu kami lihat api menjulang tinggi kelangit disertai suara bising. Tak lama beberapa polisi dan mobil pemadam datang untuk mengecek lokasi tersebut. Saya kira tadinya terjadi kebakaran hebat di kilang gas milik Pertagas tersebut, nyatanya bukan. Meski begitu kami warga kampung yang dekat dengan kilang gas jadi takut," ujarnya.
Menanggapi peristiwa yang menggegerkan warga itu, Kapolres Prabumulih AKBP Tito Hutauruk Travolta SIk MH melalui Kasat Reskrim AKP Abdul Rahman SH menjelaskan, pihaknya telah mengecek lokasi pasca kejadian dan bahkan pihaknya telah mendatangkan tim Labfor dari Polda Sumsel untuk mengecek peristiwa tersebut.
"Tim Labfor sudah memeriksanya dan hasilnya tidak ada pelanggaran SOP. Ini adalah mentenen perbulan yang dilakukan Pertagas. Sebenarnya tidak ada kebocoran, tetapi ada kelebihan lekuid pada flearing saja makanya timbul seperti itu," ungkapnya, Rabu (19/2).
Masih kata Kasat Reskrim, apa yang di dengar warga pada saat kejadian itu merupakan bukan suara ledakan. Tetapi bunyi tersebut merupakan bunyi mesin engine untuk menetralkan lekuid/gas yang berlebihan tersebut.
"Situasi sekarang sudah kondusif dan sudah netral. Kejadian seperti ini pernah terjadi pada 2017 dan 2019 ini, tapi memang lebih besar ini karena lekuidnya lebih besar. Dijamin tidak akan meledak karena sesuai prosedur, dan juga tidak akan berdampak bagi lingkungan dan pemukiman masyarakat sekitar," pungkasnya.
Pewarta : H.S L
Editor/ Redaksi : Dutasumsel